NARASIJAMBI.COM – Penjabat (Pj) Bupati Muaro Jambi Bachyuni Deliansyah memimpimpin upacara peringatan hari kebangkitan nasional, Senin (20/5/24) pagi.
Upacara peringatan hari kebangkitan nasional ini diikuti oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Muaro Jambi, Kepala OPD lingkup Pemerintahan Kabupaten Muaro Jambi serta para peserta upacara lainnya.
Pj Bupati Kabupaten Muaro Jambi Bachyuni Deliansyah dalam amanatnya membacakan pidato Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia.
Amanat itu, kata dia, berbunyi bahwa Kartini merupakan pembaharu dalam menggagas sebuah imajinasi mengenai sebuah tatanan masyarakat yang merdeka, dan sebuah cita-cita deal baru tentang bangsa yang lebih besar dibandingkan asal-usul sosialnya sendiri.
“Apa yang digagas Kartini telah jauh melampaui kisah hidupnya sendiri. la telah memberikan inspirasi penting bagi sumbu-sumbu kecil, yakni para kaum muda atau embrio bangsa yang perlahan menjadi nyala berkobar yang kemudian kita kenal sebagai pergerakan kebangkitan nasional,” kata Bachyuni Deliansyah.
Bachyuni Deliansyah mengatakan, bahwa embrio Indonesia lahir dari kemajuan modern dan pencerahan, dari kaum muda berpendidikan yang tidak kehilangan identitas ke-Indonesiaannya.
Embrio indonesia, katanya, lahir dari keragaman pikiran para kaum muda sebagai embrio bangsa.
“Di tangan kaum muda terdidik inilah cita-cita kemerdekaan dan kebebasan dirumuskan dan diperjuangkan. Alam kemerdekaan hanya bisa dicapai jika manusia setara dan bebas. Manusia yang bebas dan setara hanya dimungkinkan jika manusia tersebut terpelajar dan berpendidikan. Dari merekalah semangat kebangkitan nasional lahir,” katanya.
Ayah dua anak itu mengatakan, kebangkitan nasional adalah penanda lahirya zaman baru, pencetus cara berpikir baru, serta semangat kebangkitan nasional merumuskan kemerdekaan sebagai wahana memperjuangkan kedaulatan dan kemuliaan manusia.
Apa yang digagas Boedi Oetomo, Kartini dan para embrio bangsa, kata dia, yang kemudian dirumuskan Bung Karno sebagai jembatan emas kemerdekaan dibayangkan Bung Kamo sebagai sebuah jembatan emas yang akan membawa bangsa Indonesia menikmati kehidupan sejahtera lahir dan batin di atas tanah sendiri.
Bung Karno juga menekankan bahwa di ujung jembatan emas akan selalu ada kemungkinan yang dapat membawa Indonesia menuju kebaikan ataupun sebaliknya, yang dalam bahasa Bung Karno bahagia bersama atau menangis bersama.